Langsung ke konten utama

Dari Ujung Selatan Hingga Utara Subang

Namanya Karta. Nelayan di Dusun Cirewang Desa Pangarengan Subang.
Di tengah segala keterbatasn, Karta dan puluhan warga lainnya
menggantungkan hidup dari kekayaan laut.

Keluarga yang tinggal di Dusun Cirewang Desa Pangarengan
 Kabupaten Subang. 


Ibu hamil di rumahnya di Dusun Cirewang Desa Pangarengan Subang.
Dengan jarak puluhan kilometer serta infrastruktur yang rusak, mereka tinggal
 bersama laut, bersama hutan mangrove dan bersama segala
 keterbatasan mereka.
Empat foto di atas saya ambil ketika jalan-jalan ke Dusun Cirewang Desa Pangarengan Kabupaten Subang. Tepatnya di ujung utara Subang dan berbatasan dengan laut Jawa, tepatnya di Legok Semiring. Dusun ini jadi salah satu dusun terpencil di Pantura dan berada di tengah-tengah hutan mangrove. Infrastruktur yang rusak menuju dusun ini dari Desa Pangarengan, sepanjang 10 kilometer dengan kiri dan kanan jalan hutan mangrove, menyulitkan mereka dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka, terutama kebutuhan akan pendidikan. Itu karena jika hujan, jalan menuju sekolah dibanjiri air yang bercampur lumpur merah, membuat orang tua kebanyakan disana, tidak mengizinkan anak-anaknya pergi ke sekolah. Kalaupun pergi, mereka harus diantar orang tua menggunakan motor dengan berjibaku melawan lumpur. 

Menuju kawasan pantai dari dusun ini, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit menyusuri Sungai Cirewang dengan pemandangan kiri dan kanan jalan berupa hutan mangrove.







Empat foto di atas saya ambil di daerah palung selatan Kabupaten Subang, tepatnya di Dusun Bunikasih Desa Cupunagara Kecamatan Cisalak.  Jarak tempat ini dari pusat kota Subang mencapai sekitar 60 kilometer, dengan 30-an kilometer perjalanan melewati hutan dengan tutupan pohon cukup lebat. 

Dusun ini, tepat berada di bawah kaki gunung Bukit Manglayang. Akses menuju tempat ini memiliki infrastruktur yang buruk. Selain itu, mereka juga terpisah jauh dari pusat pelayanan publik seperti sekolah maupun rumah sakit atau Puskesmas. 

Tidak jarang, jika ada warga dusun ini melahirkan, warga disana menggotong perempuan hamil tersebut menuju tempat pelayanan publik di Kampung Bukanagara yang lokasinya berjarak 15-an kilometer, melewati kebun teh serta infrastruktur yang rusak.


Foto diambil pada 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Takut Ke Bromo! #2 - Jalan Kaki Dari Cemoro Lawang

SETELAH turun dari kendaraan "byson" di Cemoro Lawang, udara segar sore hari langsung terasa bersama hembusan angin. Bentangan langit menampakkan biru yang sempurna. Pemilik warung tepat di dekat elf berhenti, langsung menawarkan penginapan. "Penginapan air panas Rp 150 ribu mas," kata seorang pria yang belakangan diketahui namanya pak Santoso. Saya pun mencoba menawarnya setengah mati. Namun, tetap saja dia tidak bergeming dengan harga yang ia tawarkan. Informasi yang saya dapatkan, harga penginapan kelas home star di Cemoro lawang ini sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Mungkin karena saat berkunjung kesana masih dalam suasana libur lebaran, harga penginapan jadi dipatok hingga Rp 150 ribu. Dengan pertimbangan harga yang ditawarkan masih belum menguras isi dompet, akhirnya saya menerima tawaran satu kamar. Tepat di depan Cemara Indah. Di penginapan pak Santoso ini, ia juga memiliki warung makanan yang dikelola oleh anaknya. Gunung Bromo dan Gunung B

Nantikanlah Aku Di Teluk Bayur

MENGAWALI 2015, Januari, saya berkesempatan mengunjungi Kota Padang. Bukan untuk berwisata melainkan menjalankan tugas peliputan Piala Walikota Padang karena tim dari kota tempat saya tinggal, Persib Bandung berlaga di turnamen itu.  Laut yang tentang dan bentangan langit biru di Teluk Bayur Awal Januari

Menyusuri Gua Sinjang Lawang di Pangandaran

TIDAK banyak yang tahu goa Sinjang Lawang di Dusun Parinengan Desa Jadimulya Kecamatan Langkap Lancar Kabupaten Pangandaran. Goa ini memiliki panjang 500 meter dengan dilewati oleh aliran Sungai Cijulang. Goa ini memiliki lebar  65 meter dengan tinggi goa mencapai 60 meter. Mulut Goa